KETIDAKPASTIAN POSITIF: SUATU FILSAFAT PARADOKSIS KONSELING WAKTUNYA SUDAH DATANG By: ERIC

KETIDAKPASTIAN POSITIF: SUATU FILSAFAT PARADOKSIS KONSELING
WAKTUNYA SUDAH DATANG

By: ERIC

Disadur oleh: Masril/0908082

Dari Jurnal:
Positive Uncertainty: A Paradoxical Philosophy of Counseling
Whose Time Has Come

Tugas Mata Kuliah Filsafat Konseling
Dosen:
Prof. Dr. Rochman Natawidjaja

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2009

KETIDAKPASTIAN POSITIF: SUATU FILSAFAT PARADOKSIS KONSELING WAKTUNYA SUDAH DATANG

By: ERIC
Disadur oleh: Masril/0908082

Memahami Tingkah Laku Manusia dan Keberadaannya
Kita dapat menjadi konselor yang efektif jika kita dapat memahami sifat manusia secara tepat. Tingkah laku manusia dan keberadaannya dapat dipahami secara penuh dengan mengamati diri sendiri baik sebagai biologi, psikologi, sociologi, humanis, dan spritual. Oleh pemahaman diri kita sendiri dan keberadaan kita, kita dapat juga hidup dengan pengalaman secara penuh untuk menjadi manusia.
Dalam satu hal, kita boleh memandang manusia sebagai organisma biologi yang terdiri dari struktur yang kompleks dari komponen-komponen kimia yang menguasai pemikiran dan perasaan terintegrasi dengan reaksi-reaksi kimia elektrik. Lebih lanjut, organisma manusia sudah meningkatkan seiring waktu yang menggambarkan rintangan-rintangan lingkungan dan sosial melalui proses pemilihan secara evolusiner.
Kita dapat juga membedakan diri kita sebagai kesatuan sosial dan psikologis. Dari kecil kita belajar dari mereka yang ada di sekitar kita dan mengembangkan zona nyaman tertentu yang mengembangkan kepribadian kita. Dari kepribadian kita dan tempat kita hidup kita mengembangkan identitas diri kita.
Mengenali individu dalam seorang manusia merupakan suatu langkah utama untuk memahami manusia secara keseluruhan. Sistim kemanusiaan merupakan pusat dari nilai-nilai, kapasitas, dan harga dari manusia. Itu berkaitan dengan minat-minat, kebutuhan-kebutuhan, dan kesejahteraan dari manusia.
Kita tidak bisa menggambarkan atau memahami tingkah laku manusia, pengalaman manusia, keberadaan manusia secara menyeluruh, dengan hanya satu model. Demikian juga, tingkah laku manusia dapat dipahami secara penuh dengan berbagai model: kimia, biologi, psikologis, kemasyarakatan, dan spiritual.
Perkembangan Kepribadian
Sejak kecil kita belajar dari lingkungan. Kita mulai meniru perilaku-perilaku orang tua kita. Kita dikondisikan untuk memperhatikan stimulus yang dipilih di lingkungan kita. Perilaku kita dipengaruhi tidak hanya oleh kejadian-kejadian di sekitar kita, tetapi juga oleh kecenderungan biologi. Keadaan dan pilihan individu juga mendikte perilaku dan sebaliknya, pengembangan dari kesehatan secara holistic.
Seperti anak-anak, kita juga mengembangkan zona nyaman di mana kita mengembangkan kepribadian kita. Ketika kita terlibat dalam interaksi-interaksi sosial, mencerminkan perasaan-perasaan, pikiran, dan tampilan kelakuan-kelakuan kita di mana kita belajar untuk menjadi lebih pandai dalam perilaku-perilaku yang kita praktekkan. Lebih lanjut, ketika kita mengalami perilaku-perilaku ini yang kita cenderung untuk menyukai pola-pola dan derajat tingkat tertentu dari interaksi sosial, perasaan, pemikiran, dan kelakuan-kelakuan. Kepribadian tertentu dibentuk oleh pengamatan, peniruan, penguatan positif, dan akhirnya digeneralisasikan.
Dari kepribadian kita di mana kita hidup, kita mengembangkan identitas diri kita sendiri. Dari persepsi, identitas kita mengandung nilai diri kita sendiri, konsep diri, sebagai konsekwensi dari harga diri kita.

Perkembangan Perilaku Salahsuai
Konsep kesehatan yang holistik meliputi pengembangan dan pemeliharaan fisik, mental, emosional, sosial, dan spritual. Meski itu optimal, untuk mengembangkan semua komponen dari kesehatan yang holistik, kadang-kadang pengembangan sedikit dari beberapa komponen ini secara merata bisa menyempurnakan derajat tingkat dari nilai diri sendiri atau kebahagiaan bagi suatu kehidupan normal. Sering kali, lemahnya pengembangan satu atau lebih komponen-komponen dapat mempengaruhi komponen-komponen lain dari kesehatan holistik. Kadang-kadang lemahnya mata rantai ini bisa dirasakan sebagai suatu kekosongan atau dahaga yang tak terpuaskan dalam hidup. Ketidak puasan dialami ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Nilai-nilai modern sudah kita sepakati. Kita merasionalkan kepedulian, perceraian, dan dunia materialistik di mana kita menyesuaikan diri dengan tanpa memahamani secara riil kepentingan kita, kegelisahan; rasa tidak aman, dan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku-perilaku kita. Kita sudah mengasingkan hidup kita, hidup anak-anak kita, dan pada akhirnya masyarakat kita. Ini sudah mengancam semua aspek dari kesehatan holistik kita: secara fisik, mental, emosional, sosial, dan rohani.
Sepanjang hari, kita mempunyai orang lain untuk memelihara anak-anak kita, memberi makan mereka makanan-makanan yang disuling, mendorong mereka untuk duduk dan diam, memberi makan mereka berlebihan, mengatakan kepada mereka kita sibuk atau lelah, dan mencoba mendisiplinkan mereka dengan ancaman-ancaman atau menghargai mereka dengan perlakuan. Bagaimana pun kita menjadi bingung mengapa anak-anak kita menjadi gemuk sekali dan mempunyai permasalahan perilaku.
Penguasa modern mempunyai beberapa cara untuk mempengaruhi pikiran dari setiap orang. TV bersaing dengan studi, aktivitas fisik, dan interaksi sosial. Lebih dari itu, sampai saat ini, kita tinggal aktif dengan berjalan, mengangkat, berburu, bekerja. Sebagai hasilnya, tubuh dan pikiran kita tidak lagi mempunyai rangsangan fisik yang tumbuh dengan subur. Masyarakat kita mempunyai tantangan sosial pada keluarga mereka dan teman-teman, yang menyebabkan perasaan terasing dan kesepian. Lebih lanjut, kehadiran telepon dan komputer, telah mengubah cara kita bersosialisasi. Akhirnya, sensationalisasi masyarakat itu hidup yang baik sudah menggantikan pemujaan “hal-hal yang tidak materialistik” dengan pemujaan pada “semua yang materialistik”.
Turun naiknya emosional selalu hadir sepanjang hidup mereka. Sebagai ilustrasi therapy realitas, individu yang memiliki emosional yang terkendali, suasana hatinya lebih positif dalam waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki emosional terkendali. Lebih lanjut, kelihatannya individu yang lebih mampu mengendalikan emosional lebih memiliki ketahanan emosional dibanding yang lain ketika keadaan emosionalnya mengalami penurunan.

Peranan konselor
Hubungan klien dan konselor adalah satu faktor penting dalam konseling. Konselor harus:
1. Menyenangkan dan memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan komunikasi antar pribadi;
2. Fleksibel dan mampu menemukan kebutuhan individu dengan menyediakan perhatian pribadi yang spesifik;
3. Tersedia sesi-sesi yang banyak;
4. Mempunyai sesuatu yang sangat aplikatif dan kongkret; dan
5. Perlihatkan sikap kepedulian.

Konselor harus berusaha memfasilitasi klien untuk memecahkan problem mereka dengan menunjukkan perhatian dan rasa kasihan yang asli (genuine) untuk dilema-dilema yang dialami klien.
Konselor harus membedakan interaksi dengan individu sesuai dengan tipe kepribadian masing-masing klien. Sebagai contoh, bekerja dengan klien yang introver atau yang extrover atau bekerja dengan klien yang senang berkata logis atau yang emosional, klien yang kelihatannya lebih suka memaksa atau berhati-hati?
Pada awalnya konselor dapat mendengarkan dan pada waktu yang tepat melakukan refleksi dengan mengulang atau mengatakan dengan cara lain apa yang telah dinyatakan klien. Hal ini untuk dua tujuan. Pertama; membiarkan klien untuk merasakan bahwa ia sedang didengar. Kedua, menghindari kesalahpahaman untuk diidentifikasi dan dikoreksi.
Ketika konselor merasa bahwa ia memahami hanya dari apa yang sedang dikomunikasikan klien, konselor itu dapat meneruskan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat berkaitan dengan perasaan, pemikiran, kepercayaan, harapan-harapan, pengalaman masa lalu, pilihan-pilihan, atau hal-hal lain yang berkenaan dengan issu. Klien boleh menyatakan tujuan yang mereka ingin capai. Konselor dan klien dapat mengeksplorasi sasaran akhir di balik tujuan, dan mengeksplorasi opsi-opsi lain, dan isu-isu yang riil di balik tujuan yang diinginkan.
Setelah itu konselor lebih lanjut dapat menjelaskan keuntungan kesehatan holistik, mengembangkan identitas mereka, dan konsep-konsep dari tanggung jawab diri. Konselor itu harus menyadari bahwa informasi yang diberikan kepada klien memerlukan waktu yang cukup panjang untuk mengimplementasikan secara efektif dalam kehidupan mereka. Konselor dan klien dapat mendiskusikan bagaimana hubungan konsep-konsep ini dengan issu-issu klien.
Konselor perlu mendorong klien untuk menarik kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri dan memilih arah yang ingin diterima sebagai pemecahan issu. Konselor boleh menantang klien untuk merumuskan suatu tujuan tingkah laku akhir yang ingin dicapai. Konselor mungkin perlu bertanya pada klien bagaimana perasaan mereka dalam pencapaian tujuan tertentu itu. Klien akan menilai hal yang masuk akal dari perilaku tertentu yang didasarkan pada manfaat yang mereka peroleh dari perilaku dan keyakinan mereka dengan perilaku sukses yang diraih. Tujuan mungkin perlu diturunkan, diterapkan berangsur-angsur, atau dimodifikasi untuk mengoptimalkan pelaksanaan. Kreativitas harus dilatih untuk membuat perilaku baru. Teknik-teknik lain yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kesetiaan termasuk kontrak-kontrak tingkah laku, dukungan teman sebaya atau keluarga, kompetisi yang bersahabat, dan pengenalan lisan. Janji tentang masa depan dapat disetujui oleh konselor dan klien untuk mengevaluasi ulang hasil dari tujuan tingkah laku. Tujuan bisa dimodifikasi dan issu-issu lain bisa didiskusikan dalam sesi-sesi berikutnya.
Secara ringkas, tujuan akhir sebagai konselor adalah untuk membantu orang lain memahami diri mereka dan keberadaan mereka sehingga mereka dapat hidup untuk secara penuh mengalami apa saja untuk menjadi manusia.

Ketidak-pastian Positif: Suatu Filsafat Paradoksis Konseling
Waktunya Sudah Datang (Whose Time Has Come)
Para konselor adalah agen-agen perubahan. Konseling adalah profesi membantu orang. Apakah waktu untuk konseling itu berubah? Dapatkah perubahan konseling (counseling change) menolong secara penuh? Intinya katakan ya dan bagaimana.
Sekali peristiwa masa lampau itu dikenal, masa depan itu dapat diprediksi, dan saat sekarang sedang berubah pelan-pelan. Itulah masa lalu, ini masa kini. Dewasa ini, masa lalu itu bukan apa yang kita pikirkan, masa depan itu sudah tidak lagi dapat diprediksi, dan masa kini sedang berubah dengan cepat. Ketika para konselor membantu klien-klien menggunakan proses yang rasional untuk membuat keputusan-keputusan, memilih apa yang harus mereka “tumbuhkan,” dan bersiap-siap menghadapi dan menyesuaikan untuk berubah.
Dewasa ini, pengambilan keputusan, tumbuh dewasa, dan perubahan bukan apa yang biasa mereka gunakan. Pengambilan keputusan lebih dari sekedar suatu proses yang masuk akal. Perubahan itu sendiri telah merubah sangat banyak kepercayaan-kepercayaan lama kita, sikap-sikap, dan bahkan pengetahuan sekarang sudah ketinggalan zaman. Untuk menjadi apa yang dimunculkan sekarang, kita perlu mengubah filsafat kita, pemikiran dasar teori kita, dan pandangan kita. Ketidak-pastian Positif waktunya sudah datang.
Ketidak-pastian Positif adalah suatu filsafat, pandangan, suatu pendekatan 2×4 untuk membuat keputusan-keputusan sekitar masa depan ketika anda tidak mengetahui apa jadinya. Ini merupakan suatu yang berlawanan, proses rancu untuk memanage perubahan menggunakan kedua-duanya pikiran anda yang intuitif dan yang masuk akal. Dan ini merupakan suatu proses untuk mengubah pikiran anda ketika anda pergi jauh (along—a) proses untuk belajar selagi tumbuh dewasa.
Di masa lalu, paradox (sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat namun barangkali benar) apakah luar biasa, dan kerancuan (ambiguity) tidak disukai. Dewasa ini, paradox adalah dimana saja (everywhere) sebagai akal sehat sedang ditinjau kembali. Dan kerancuan kini diterima sebagai suatu yang absolut sedang dicurigai. Dapatkah konseling mengembangkan satu pendekatan yang berlawanan dan rancu namun sangat menolong? Perlukah itu? Intinya ini berkata ya dan mengatakan bagaimana menggunakan Ketidak-pastian Positif sebagai filsafat dasar.

Mengapa Ketidak-Pastian Yang Positif Perlu?
Dewasa ini perubahan bukanlah hanya lebih cepat, lebih rumit, lebih bergolak, dan lebih tak dapat diramalkan, itu sudah pindah ke perairan yang belum dipetakan. “Bagian sungai yang deras air pasi” adalah kiasan yang digunakan sekarang untuk menguraikan perubahan. “Semakin banyak berbagai hal berubah, semakin banyak mereka ketinggalan,” adalah suatu gagasan dengan tanpa harapan ketinggalan jaman.
Perubahan hari ini disebut “breakpoint change” (Lahan dan Jarman, 1992). Breakpoint change membawa lompatan-lompatan raksasa dan penting bergeser ke dalam aturan-aturan yang sukses memerintah. Apa yang telah dipelajari adalah karena perubahan-perubahan ini bersifat alami. Meskipun demikian mereka merupakan kesenjangan; celah; penyebab jurang raksasa antara apa yang selalu dan apa yang bisa terjadi berikutnya. Apa yang diperlukan, pengarang-pengarang ini berkata, untuk mengambil apa yang telah dipelajari tentang bertukar tahun dan menerapkan pemahaman itu dalam hidup kita hari ini.

Konseling perlu mengambil apa yang telah dipelajari tentang perubahan dan membantu masyarakat menerapkan pemahaman itu untuk membantu kehidupan mereka sehari-hari mengubah cara berpikir mereka dan mengubah visi-visi mereka di masa depan. Dengan menantang kebijaksanaan konvensional dan dengan yang alamiah, yang intuitif, dan pemikiran baru, konselor dapat membantu klien menemukan sesuatu yang baru dan jawaban mengejutkan atas permasalahan yang kompleks dan “belum dipetakan”.
Organisasi bisnis hari ini menghadapi dilema untuk mendapatkan keseimbangan antara memanage arus dan pekerjaan jangka pendek dan memanage perubahan yang diperlukan untuk memastikan suatu masa depan yang positif (Beckhard &Pritchard, 1992). Konselor, hari ini, menghadapi dilema yang sama, untuk menemukan keseimbangan antara membantu klien mengatasi segera permasalahan jangka pendek dan dengan kreatif memanage perubahan dalam berpikir yang sering kali diperlukan untuk mengkhayalkan dan menyebabkan suatu masa depan pribadi yang positif.
Perubahan pola pikir kita tentang perubahan merupakan hal penting di masa datang, dan yang paling keras. Konselor perlu memimpin. Ketidak-pastian Positif, suatu yang fleksibel, mendorong pemakaian pikiran intuitif dan pikiran rasional, dan menyertakan teknik-teknik untuk memperbaiki pikiran dan mengubahnya.

Apa Ketidak-pastian Yang Positif itu?
Berikut ini adalah ringkasan dari Gelatt, 1991:
Dua Sikap
1. Terimalah masa lampau, masa sekarang, dan masa depan sebagai yang tidak-pasti.
2. Jadikan hal positif tentang ketidak-pastian.

Empat Faktor
1. Apa yang Anda inginkan
2. Apa yang Anda ketahui
3. Apa yang Anda percayai
4. Apa yang Anda lakukan

Ketidak-pastian Positif menggunakan sikap-sikap dan faktor-faktor ini untuk menyediakan fleksibilitas dan keseimbangan. Melakukannya dengan kombinasi otak tradisional, otak linier, otak rasional, otak kiri dengan otak kreatif, otak taklinear, otak intuitif, otak kanan ke suatu himpunan yang paradoks, yang rancu, dengan prinsip-prinsip untuk merencanakan dan memutuskan.
Strategi pengambilan keputusan tradisional berkata bahwa ketika memutuskan:
• Difokuskan pada tujuan yang jelas
• Dengan sadar pengumpulan fakta-fakta yang relevan
• Dengan objektif memprediksi hasil-hasil yang mungkin dicapai
• Dengan mempraktekan tindakan-tindakan memilih yang rasional
Ketidak-pastian Positif menyarankan empat langkah kreatif, yang paradoksis, berbeda dengan prosedur-prosedur tradisional, rasional dengan prinsip-prinsip modern dan seimbang:
• Difokuskan dan fleksibel
• Dengan sadar dan hati-hati
• Dengan objektif dan optimis
• Dengan practical dan magical

Variasi-variasi ini berasal dari empat faktor dan kedua sikap. Mereka menjadikan empat prinsip-prinsip dasar yang paradoksis Ketidak-pastian Positif.
Prinsip-prinsip paradoksis, Rancu dari Ketidak-pastian Positif adalah:
1. Difokuskan dan fleksibel tentang apa yang Anda inginkan.
• Ketahui apa yang Anda ingin tetapi jangan pastikan
• Perlakukan tujuan sebagai hipotesis
• Seimbang tujuan-tujuan prestasi dengan penemuan mereka
2. Sadar dan hati-hati tentang apa yang Anda ketahui.
• Kenali pengetahuan sebagai kekuasaan dan ketidak-tahuan itu adalah kebahagiaan
• Memori yang disuguhkan sebagai musuh
• Keseimbangan penggunaan informasi dan imajinasi
3. Jadilah objektif dan optimis tentang apa yang Anda percaya.
• Kenali bahwa realitas di “mata” dan “I” dari pemirsa
• Suguhan kepercayaan sebagai ramalan
• Keseimbangan testing realitas dengan kebijaksanaan
4. Jadikan practical dan magical tentang apa yang Anda lakukan.
• Belajar untuk merencanakan dan rencana untuk belajar
• Suguhan intuisi sebagai yang riil
• Keseimbangan reaksi terhadap perubahan dan penyebab perubahan

Bagaimana Bisa Konseling Menggunakan Ketidak-pastian Positif?
Ketidak-pastian Positif, sebagai suatu filsafat baru untuk konseling memerlukan perubahan paradigma untuk para konselor. Perubahan paradigma dengan pengalaman “Aha” ketika seseorang melihat gambaran campuran di dalam cara yang lain (Covey, 1990). Paradigma kuno adalah satu “perpisahan” paradigma yang baru adalah satu “tanpa kelim.” Itu adalah “Paradigm dari Keseluruhan” (Ferguson, 1991). Paradigma ini menekankan saling hubungan, dan oleh karena itu, memerlukan pemikiran sistem. Pemikiran sistem adalah apa yang Senge (1990) sebut “Fifth Discipline.”
Apa yang baru tentang konseling ini? Konselor selalu mengenal tentang hubungan: pikiran dan tubuh, fakta-fakta dan perasaan, percaya dan melihat, dll. Filsafat baru yang diusulkan ini, menyertakan Ketidak-pastian Positif, paradigma dari keseluruhan, dan pemikiran sistem, pendekatan konseling fokusnya untuk perubahan: jika kita ingin membuat perubahan-perubahan relatif kecil di dalam hidup kita, kita dapat barangkali sewajarnya berfokus kepada sikap dan perilaku-perilaku kita. Tetapi jika kita ingin membuat yang penting, berubah cepat, kita ingin untuk bekerja berdasarkan pada paradigma-paradigma kita sendiri. (Covey, 1990).

APLIKASINYA DI SEKOLAH
Konseling Filsafat Ketidak-pastian Positif sangat mungkin dilaksanakan di sekolah. Ada banyak situasi sosial, ekonomi, keluarga, pergaulan, politik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan optimisme orang menjadi hilang. Lebih-libih para siswa di sekolah. Melalui konseling filsafat Ketidak-pastian Positif, diharapkan mampu mendorong, menantang, memotivasi siswa untuk melihat masa depan sebagai peluang bagi orang-orang yang siap menghadapinya. Meskipun langkah-langkahnya tidak disajikan secara sistematis, namun prinsip dan filosofisnya jelas. Tahap-tahap konseling (meski fleksibel sifatnya) adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep-konsep pokok Filsafat Ketidak-pastian Positif, antara lain: konsep kesehatan menyeluruh (the holistic health concept), filsafat perubahan (philosophy of change), tanggung jawab diri (self-responsibility), dan perubahan yang tak menentu (“breakpoint change”).
2. Menatap kehidupan dengan paradigma baru dan pertinggi komitmen.
3. Mengajak klien untuk fokuskan tujuan hidup tetapi fleksibel.
4. Sadar dan hati-hati tentang apa yang diketahui.
5. Mengajak klien untuk objektif dan optimis tentang apa yang diyakini.
6. Jadikan practical dan magical tentang apa yang dilakukan. Untuk yang nomor lima ini Andre Hirata (penulis novel “Sang Pemimpi”) menyebutnya ‘beranilah bermimpi’.
Dengan demikian, prinsip konseling filsafat Ketidak-pastian Positif sudah harus dimulai, jika tidak ingin para siswa kita “ketinggalan jaman”.

PEMBAHASAN
Perubahan memang telah berjalan dan akan terus berjalan semakin cepat. Suka atau tidak suka perubahan itu tetap berlalu. Seperti dikemukakan Dedi Supriadi (2003) bahwa sekarang akumulasi perubahan seakan-akan makin dimapatkan. Batas-batas antara masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang menjadi semakin pendek. Hal itu terjadi pada semua aspek kehidupan manusia, baik secara peribadi maupun secara kolektif dalam keseluruhan aspek dan tingkatan. Akibatnya banyak muncul perilkau salah suai yang terefleksikan dalam berbagai bentuk perilaku seperti: mengasingkan diri, rendah diri, agresivitas (pada diri dan orang laian), mencari rasa aman pada hal-hal yang tidak rasional, bunuh diri, dan berbagai perilaku disorder lainnya.
Perilaku salah suai tentu saja hanya terjadi pada individu atau komunitas yang tidak cukup memiliki kemampuan penyesuaian diri yang memadai. Ada banyak komunitas yang memandang perubahan hebat itu sebagai momentum untuk memacu diri, mendefinisikan kembali identitas diri dan kebudayaan. Dalam kondisi seperti itu maka peluang konseling untuk mengambil bagian dalam upaya pemberdayaan individu maupun kelompok sangat diperlukan. Lebih-lebih di sekolah. Tugas konselor untuk menyiapkan peserta didik menghadapi perubahan itu dengan Konseling Filsafat Ketidak-pastian Positif. Konseling untuk menginformasikan tentang perubahan dan membantu siswa menerapkan pemahaman itu dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan mengubah cara berpikir mereka dan mengubah visi-visi mereka di masa depan.
Ini sejalan dengan tujuan, visi, dan misi pendidikan nasional yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20/2003 tentang SPN). Serta manusia Indonesia yang cerdas komprehensif dan cerdas kompetitif (Depdiknas RI., 2006). “Membentuk manusia Indonesia yang berkecerdasan kultural” (Sunaryo Kartadinata, 2009).
Tidak ada alasan bagi konselor untuk tidak mau mencoba pendekatan ini.

Tinggalkan komentar